Budaya, Kreativitas dan Inovasi
Pengertian dan Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Schein (1992), budaya organisasi
adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan
masalah,membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada
anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam
mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi. Terdapat tujuh fungsi
penting budaya organisasi, yaitu :
1) Menentukan hal penting yang mendasari organisasi
,standar keberhasilan dan kegagalan harus bias diukur.
2) Menjelaskan bagaiman sumber-sumber organiosasi
digunakan dan untuk kepentingan apa.
3) Menciptakan apa organisasi dan anggotanya dapat
mengharap satu sama lain
4) Membuat beberapa metode pengontrolan perilaku dalam
keabsahan organisasi dan membuat yang lain tidak abash yaitu menentukan dimana
kekuasaan terletek dalam organisasi dan bagaimana menggunakannya.
5) Menseleksi perilaku yang memungkinkan anggota
terlibat atau tidak dan menentukan ganjaran dan hukuman
6) Menentukan suatu tatanan bagaimana anggota harus
menciptakan kebersamaan antar anggota atau dengan orang di luar organisasi secara
kompetitif, dan bekerja sama secara jujur, secara renggang atau secara
bermusuhan.
7) Membangun anggotanya berhubungan dengan lingkungan
luar secara agresif, eksplosif, bertanggungjawab dan proaktif.
Sedangkan menurut Robins (1990) mencatat lima fungsi
budaya organisasi, yaitu:
1) Membedakan satu organisasi
dengan organisasi lainnya.
2) Meningkatkan “sense of
identity” anggota
3) Meningkatkan komitmen
bersama
4) Menciptakan stabilitas
system social
5) Mekanisme pengendalian yang memadu dan membentuk
sikap dan perilaku karyawan.
Tipologi Budaya Organisasi
Menurut Jeffrey Sonmenfeld, 1995 secara tipologis,
terdapat empat budaya organisasi, yaitu:
1) Academy; budaya organisasi yang menekankan
pada spesialisasi jabatan. Tipe budaya ini menghendaki pegawai berasal dari
suatu perguruan tinggi yang terkenal yang akan dididik dan ditempatkan pada
suatu bidang kerja yang professional.
2) Club; tipe ini menjadikan senioritas,
loyalitas, komitmen dan pengalama sebagai ciri khas budaya organisasi.
3) Baseball-Team; mencari bakat-bakat muda yang dapat
memberikan sumbangan yang cemerlang bagi kemajuan organisasi. Tidak terhitung
mementingkan umur yang terpenting adalah individu yang memiliki jiwa
“enterpreuner” dan inovatif.
4) Fortress; menekankan pada kelangsungan hidup
organisasi “survival” melalui kepekaan terhadap tantangan-tantangan baru.
Kreativitas Individu dan Team
Kreativitas merupakan pikiran
untuk menciptakan sesuatu yang baru, sedangkan inovasi adalah
melakukan sesuatu yang baru. Hubungan keduanya jelas.
Inovasi merupakan aplikasi praktis dari kreativitas. Dengan kata lain,
kreativitas bisa merupakan variabel bebas, sedangkan inovasi adalah variabel
tak bebas. Dalam praktek bisnis sehari-hari, ada perencanaan yang meliputi
strategi, taktik, dan eksekusi. Dalam pitching
konsultansi atau agency, sering terdengar keluhan bahwa secara konseptual
apa yang disodorkan agency bagus, tetapi strategi itu tak berdampak
pada perusahaan karena berhenti pada tingkat eksekusi.
Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan strategi bisa ditentukan oleh
seseorang, tetapi eksekusinya harus melibatkan banyak
orang, mulai dari atasan hingga bawahan. Di sinilah mulai ada
gesekan antar karyawan, berbeda persepsi hingga ke sikap penentangan. Itu
sebabnya, tak ada perusahaan yang mampu berinovasi secara konsisten
tanpa dukungan karyawan yang bisa memenuhi tuntutan
persaingan. Hasil pengamatan kami menunjukkan, perusahaan-perusahaan
inovator sangat memperhatikan masalah pelatihan karyawan,
pemberdayaan, dan juga sistem reward untuk meng-create daya pegas inovasi.
Benih-benih inovasi akan tumbuh baik pada
perusahaan-perusahaan yang selalu menstimulasi karyawan, dan
mendorong ke arah ide-ide bagus. Melalui program pelatihan, sistem
reward, dan komunikasi, perusahaan terus berusaha untuk
mendemokratisasikan inovasi.
PROSES INOVASI
Proses inovasi adalah serangkaian
aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai dari sadar atau
tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi. Dalam mempelajari
proses inovasi, para ahli menggunakan berbagai model untuk mengidentifikasi
kegiatan apa saja yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi selama proses
itu berlangsung. Berikut contoh model proses inovasi yang berorientasi pada
individual dan organisasi :
Tipe-tipe pengambilan keputusan
inovasi dalam organisasi
Ada dua tipe pengambilan keputusan
inovasi yang sering digunakan dalam organisasi, perbedaannya adalah sejauh mana
anggota organisasi dapat ikut berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan, kedua tipe itu ialah :
Ø Keputusan Otoritas
Keputusan otoritas dibuat oleh seorang atau sekelompok kecil
orang-orang yang sering disebut juga sebagai “kelompok dominan” dalam suatu
organisasi. Dalam hal ini keputusan untuk menolak atau menerima inovasi
dipaksakan kepada anggota organisasi oleh para petinggi organisasi. Ada dua
macam keputusan otoritas yang sering dgunakan dalam organisasi formal yaitu :
- Keputusan otoritas dengan partisipasi anggota
organisasi (pendekatan partisipatif). Rogers dan Soemaker (1971) membuat
hipotesa bahwa kecepatan penerimaan inovasi lebih cepat dengan menggunakan
pendekatan otoritatif.
- Keputusan otoritas tanpa partisipasi anggota
organisasi (pendekatan otoritatif). Zaltman, Duncan dan Holbek (1973)
mengemukakan bahwa perubahan yang disebarkan dengan menggunakan pendekatan
otoritatif banyak yang tidak berkelanjutan daripada perubahan yang disebarkan
menggunakan pendekatan partisipatif. Keputusan otoritas biasanya dipandang
lebih efisien karena urutan pentahapan proses pengambilan keputusan dapat
dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.
Ø Keputusan Kolektif
Rogers dan Soemaker (1971) mendefinisikan keputusan kolektif
sebagai suatu cara yang digunakan para anggota sistem sosial untuk menerima
atau menolak inovasi dengan kesepakatan bersama dan semua anggota harus
menerima keputusan yang telah dibuat bersama tersebut. Keputusan kolektif
biasanya digunakan oleh organisasi yang dibentuk secara suka rela, misalnya
organisasi kesenian atau olahraga.
Menurut Schein, ada dua hal yang
menghambat dilaksanakannya pengambilan keputusan, yaitu :
1.
Anggota minoritas sering merasa tidak cukup waktu pada saat
mendiskusikan hal yang diputuskan itu, sehingga mereka belum memahami secara
mendalam.
2.
Kelompok minoritas menganggap bahwa dalam pemungutan suara
itu terjadi dua kelompok yang bersaing, saat ini mereka kalah dan mereka akan
menunggu kesempatan untuk berjuang mendapatkan kemenangan pada pemungutan suara
di waktu yang akan datang.
3.
Tipe keputusan kolektif dapat memberikan fasilitas proses
inovasi dalam beberapa cara, antara lain :
·
Terjadi mekanisme umpan balik secara internal.
·
Setiap anggota mendapat kesempatan untuk dapat memahami akan
kebutuhan inovasi.
·
Memberikan kemungkinan lancarnya pelaksanaan implementasi.
·
Meningkatnya kerja sama antar anggota dalam proses keputusan
inovasi juga akan mempengaruhi kelancaran implementasi.
·
Proses keputusan inovasi secara kolektif sangat tepat
digunakan dan akan efektif apabila partisipan (anggota organisasi) merasa bahwa
:
Ø Inovasi ditempatnya bekerja relevan
dengan keperluannya.
Ø Mereka memiliki kemampuan untuk
memulai dan menerapkan
inovasi.
Ø Mereka mempunyai kewenangan untuk
menggunakan inovasi.
Daftar
Pustaka
Robbins,
Stephen P., (1990). Organization Theory, Structure, Design, and
Applications, 3rd Ed. San Diego State University : Prentice Hall
International.
Sche Schein, E.H, 1992, Organizational Culture and
Leadership, San Francisco: Jossey Bass Publisher.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar