Jumat, 09 Mei 2014

(tugas) Budaya, Kreativitas dan Inovasi



Budaya, Kreativitas dan Inovasi

Pengertian dan Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Schein (1992), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah,membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi. Terdapat tujuh fungsi penting budaya organisasi, yaitu :
1) Menentukan hal penting yang mendasari organisasi ,standar keberhasilan dan kegagalan harus bias diukur.
2) Menjelaskan bagaiman sumber-sumber organiosasi digunakan dan untuk kepentingan apa.
3) Menciptakan apa organisasi dan anggotanya dapat mengharap satu sama lain
4) Membuat beberapa metode pengontrolan perilaku dalam keabsahan organisasi dan membuat yang lain tidak abash yaitu menentukan dimana kekuasaan terletek dalam organisasi dan bagaimana menggunakannya.
5) Menseleksi perilaku yang memungkinkan anggota terlibat atau tidak dan menentukan ganjaran dan hukuman
6) Menentukan suatu tatanan bagaimana anggota harus menciptakan kebersamaan antar anggota atau dengan orang di luar organisasi secara kompetitif, dan bekerja sama secara jujur, secara renggang atau secara bermusuhan.
7) Membangun anggotanya berhubungan dengan lingkungan luar secara agresif, eksplosif, bertanggungjawab dan proaktif.
Sedangkan menurut Robins (1990) mencatat lima fungsi budaya organisasi, yaitu:
1) Membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya.
2) Meningkatkan “sense of identity” anggota
3) Meningkatkan komitmen bersama
4) Menciptakan stabilitas system social
5) Mekanisme pengendalian yang memadu dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.





Tipologi Budaya Organisasi
Menurut Jeffrey Sonmenfeld, 1995 secara tipologis, terdapat empat budaya organisasi, yaitu:
1) Academy; budaya organisasi yang menekankan pada spesialisasi jabatan. Tipe budaya ini menghendaki pegawai berasal dari suatu perguruan tinggi yang terkenal yang akan dididik dan ditempatkan pada suatu bidang kerja yang professional.
2) Club; tipe ini menjadikan senioritas, loyalitas, komitmen dan pengalama sebagai ciri khas budaya organisasi.
3) Baseball-Team; mencari bakat-bakat muda yang dapat memberikan sumbangan yang cemerlang bagi kemajuan organisasi. Tidak terhitung mementingkan umur yang terpenting adalah individu yang memiliki jiwa “enterpreuner” dan inovatif.
4) Fortress; menekankan pada kelangsungan hidup organisasi “survival” melalui kepekaan terhadap tantangan-tantangan baru.

Kreativitas Individu dan Team
Kreativitas  merupakan pikiran untuk menciptakan sesuatu yang baru,  sedangkan  inovasi adalah  melakukan  sesuatu yang baru. Hubungan  keduanya  jelas. Inovasi merupakan aplikasi praktis dari kreativitas. Dengan  kata lain, kreativitas bisa merupakan variabel bebas, sedangkan inovasi adalah variabel tak bebas. Dalam praktek bisnis sehari-hari, ada perencanaan yang meliputi  strategi,  taktik, dan eksekusi. Dalam  pitching  konsultansi atau agency, sering terdengar keluhan bahwa secara konseptual apa yang  disodorkan agency bagus, tetapi strategi itu tak  berdampak pada  perusahaan karena  berhenti pada tingkat  eksekusi.  Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan strategi bisa ditentukan oleh seseorang, tetapi  eksekusinya  harus  melibatkan  banyak orang, mulai  dari  atasan  hingga bawahan. Di sinilah mulai ada gesekan antar karyawan, berbeda persepsi hingga ke sikap penentangan. Itu sebabnya, tak ada perusahaan yang mampu berinovasi  secara konsisten  tanpa  dukungan karyawan yang bisa  memenuhi  tuntutan persaingan. Hasil pengamatan kami menunjukkan, perusahaan-perusahaan  inovator sangat memperhatikan masalah  pelatihan  karyawan, pemberdayaan, dan juga sistem reward untuk meng-create daya pegas inovasi.  Benih-benih inovasi akan tumbuh baik  pada  perusahaan-perusahaan  yang selalu menstimulasi karyawan, dan  mendorong  ke arah ide-ide bagus. Melalui program pelatihan, sistem reward, dan komunikasi,  perusahaan terus berusaha untuk  mendemokratisasikan inovasi.
PROSES INOVASI
Proses inovasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai dari sadar atau tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi. Dalam mempelajari proses inovasi, para ahli menggunakan berbagai model untuk mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi selama proses itu berlangsung. Berikut contoh model proses inovasi yang berorientasi pada individual dan organisasi :
Tipe-tipe pengambilan keputusan inovasi dalam organisasi
Ada dua tipe pengambilan keputusan inovasi yang sering digunakan dalam organisasi, perbedaannya adalah sejauh mana anggota organisasi dapat ikut berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, kedua tipe itu ialah :
Ø  Keputusan Otoritas
Keputusan otoritas dibuat oleh seorang atau sekelompok kecil orang-orang yang sering disebut juga sebagai “kelompok dominan” dalam suatu organisasi. Dalam hal ini keputusan untuk menolak atau menerima inovasi dipaksakan kepada anggota organisasi oleh para petinggi organisasi. Ada dua macam keputusan otoritas yang sering dgunakan dalam organisasi formal yaitu :
-  Keputusan otoritas dengan partisipasi anggota organisasi (pendekatan partisipatif). Rogers dan Soemaker (1971) membuat hipotesa bahwa kecepatan penerimaan inovasi lebih cepat dengan menggunakan pendekatan otoritatif.
-  Keputusan otoritas tanpa partisipasi anggota organisasi (pendekatan otoritatif). Zaltman, Duncan dan Holbek (1973) mengemukakan bahwa perubahan yang disebarkan dengan menggunakan pendekatan otoritatif banyak yang tidak berkelanjutan daripada perubahan yang disebarkan menggunakan pendekatan partisipatif. Keputusan otoritas biasanya dipandang lebih efisien karena urutan pentahapan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.
Ø  Keputusan Kolektif
Rogers dan Soemaker (1971) mendefinisikan keputusan kolektif sebagai suatu cara yang digunakan para anggota sistem sosial untuk menerima atau menolak inovasi dengan kesepakatan bersama dan semua anggota harus menerima keputusan yang telah dibuat bersama tersebut. Keputusan kolektif biasanya digunakan oleh organisasi yang dibentuk secara suka rela, misalnya organisasi kesenian atau olahraga.
Menurut Schein, ada dua hal yang menghambat dilaksanakannya pengambilan keputusan, yaitu :
1.      Anggota minoritas sering merasa tidak cukup waktu pada saat mendiskusikan hal yang diputuskan itu, sehingga mereka belum memahami secara mendalam.
2.      Kelompok minoritas menganggap bahwa dalam pemungutan suara itu terjadi dua kelompok yang bersaing, saat ini mereka kalah dan mereka akan menunggu kesempatan untuk berjuang mendapatkan kemenangan pada pemungutan suara di waktu yang akan datang.
3.      Tipe keputusan kolektif dapat memberikan fasilitas proses inovasi dalam beberapa cara, antara lain :
·         Terjadi mekanisme umpan balik secara internal.
·         Setiap anggota mendapat kesempatan untuk dapat memahami akan kebutuhan inovasi.
·         Memberikan kemungkinan lancarnya pelaksanaan implementasi.
·         Meningkatnya kerja sama antar anggota dalam proses keputusan inovasi juga akan mempengaruhi kelancaran implementasi.
·         Proses keputusan inovasi secara kolektif sangat tepat digunakan dan akan efektif apabila partisipan (anggota organisasi) merasa bahwa :
Ø    Inovasi ditempatnya bekerja relevan dengan keperluannya.
Ø    Mereka memiliki kemampuan untuk memulai dan menerapkan
 inovasi.
Ø    Mereka mempunyai kewenangan untuk menggunakan inovasi.



Daftar Pustaka

Robbins, Stephen P., (1990). Organization Theory, Structure, Design, and Applications, 3rd Ed. San Diego State University : Prentice Hall International.
Sche    Schein, E.H, 1992, Organizational Culture and Leadership, San Francisco: Jossey Bass Publisher.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar