II.
MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Bahan
yang digunakan adalah udang Lobster (Cherax
quadricarinatus) sebanyak 2 buah dan pakan
berupa pelet.
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3 buah akuarium berisi air,
stopwatch, gunting.
2.2 Cara Kerja
1. Dilakukan ablasi pada organ mata dan ablasi total
yaitu ablasi mata dan antenulla.
2.
Akuarium diisi air tawar.
3.
Udang dimasukkan kedalam
akuarium.
4.
Diberikan pakan ke dalam
akuarium.
5. Diamati setiap gerakan udang
dan dicatat waktu yang diperlukan udang dalam melakukan gerakan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Pengamatan Chemoreseptor
pada Lobster (Cherax quadricarinatus)
Perlakuan
|
Waktu
|
Flicking
|
Withdraw
|
Wiping
|
Rotasi
|
Mendekati pakan
|
Ablasi antenula
|
I 10’
|
3.17
4.48
|
7.09
7.33
9.43
|
-
|
6.28
|
0.33
|
II 10’
|
2.25
3.26
3.43
4.03
4.26
4.56
5.00
5.45
5.59
6.09
6.16
6.26
8.07
8.17
8.23
|
2.37
2.53
3.00
3.56
|
-
|
-
|
09.06
10.00
|
|
Normal
|
I 10’
|
3.17
3.54
8.14
|
1.36
1.46
2.52
3.34
5.8
5.16
6.28
7.33
8.41
9.8
9.50
|
|
2.37
3.2
4.13
5.32
|
33
|
II 10’
|
2.05
2.25
2.47
2.5
3.17
5.08
8.00
8.44
9.28
9.44
|
0.13
0,25
0.40
0.53
1.00
1.24
1.53
2.17
2.40
2.59
3.22
3.56
4.33
4.39
4.48
5.20
6.09
6.18
6.29
6.50
7.25
7.35
8.10
8.21
8.30
8.47
9.13
9.34
9.57
|
-
|
0.32
1.37
2.29
3.10
4.05
4.12
5.28
5.38
6.03
7.00
7.05
7.18
8.26
8.59
9.49
|
3.37
4.31
7,46
8.15
8.47
|
|
Ablasi mata
|
I 10’
|
19
2.38
4.20
5.15
5.30
5.58
7.30
|
-
|
-
|
-
|
-
|
II 10’
|
43
5.58
1.23 6.32
1.27
6.52
1.35
6.58
2.15
7.15
2.50
7.41
3.34
8.02
3.50
8.11
3.34
8.13
3.50
9.13
4.00
9.23
4.05
9.59
4.35
4.48
4.56
5.05
5.08
5.16
5.37
5.50
|
29
3.14
3.18
3.20
3.30
5.29
9.57
|
12
|
-
|
6.40
|
|
Ablasi total
|
I 10’
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
II 10’
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7.06
8.20
|
Keterangan :
I : 10 menit pertama
II : 10 menit kedua
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan menyatakan bahwa
pada keadaan normal dalam waktu 10
menit pertama terdapat gerakan flicking,
withdraw, rotation, dan mendekati pakan, sedangkan pada 10 menit kedua terdapat gerakan flicking, withdraw, rotation dan
mendekati pakan. Perlakuan dengan ablasi
antenulla pada waktu 10 menit pertama adalah flicking, withdraw, rotation, dan mendekati pakan sedangkan pada
waktu 10 menit kedua adalah flicking,
withdraw dan mendekati pakan. Perlakuan dengan ablasi mata pada 10 menit pertama terdapat gerakan flicking saja dengan intensitas yang sedikit sedangkan
pada 10 menit kedua terdapat gerakan flicking yang cukup banyak, withdraw, wipping
dan mendekati pakan. Perlakuan lain yaitu ablasi total pada 10 menit pertama
tidak terdapat pergerakan apapun sedangkan pada 10 menit kedua hanya terdapat gerekan
mendekati pakan karena
organ-organ yang berfungsi sebagai reseptor telah hilang. Hal ini disebabkan
oleh banyak faktor, beberapa faktornya
adalah faktor fisiologis dari lobster tersebut yang mungkin dalam
keadaan stress dan cahaya senter yang langsung menyorot ke akuarium pada menit
pertama. Udang yang paling responsif terhadap pakan adalah udang dengan
perlakuan normal, dimana setiap beberapa menit udang aktif melakukan gerakan flicking mendekati
pakan yang diberikan (Storer, 1957).
Menurut Storer (1957)
fungsi terpenting dari antenula adalah mendeteksi pakan atau merespon kehadiran
pakan yang memiliki aroma khas. Antenula pada crustacea memiliki fungsi dalam
mencari makanan, diantaranya adalah menangkap stimulus kimia dan sebagai indera
pembau. Lobster yang memiliki ablasi antenula masih dapat melakukan gerakan
mendekati pakan, hal ini mungkin disebabkan kerana pemotongan antenula kurang
sempurna. Hasil pengamatan dapat diketahui bahwa lobster yang paling responsif
adalah lobster dengan ablasi mata, hal ini dikarenakan antenula yang masih
berfungsi untuk mengenali keadaan lingkungan sekitar dan masih berfungsi untuk
menerima stimulus kimiawi. Lobster termasuk pemakan dasar dan cenderung aktif
mencari pakan di malam hari, sedangkan siang hari berlindung di tempat teduh.
Menurut Roger (1978) berdasarkan strukturnya, reseptor di bagi menjadi
dua yaitu:
1. Reseptor saraf
Merupakan
reseptor saraf yang paling sederhana, yang hanya berupa ujung dendrite dari
suatu sel saraf (tidak memiliki selubung mielin), dapat di temukan pada
reseptor nyeri nosiseptor.
2.
Reseptor nonsaraf
Merupakan
struktur saraf yang lebih rumit dapat di temukan dalam organ pendengaran
vertebrata (berupa sel rambut) dan pada organ penglihatan (berupa sel batang
dan kerucut). Reseptor ini merupakan resepptor khusus dan bukan reseptor saraf. Sedangkan
berdasarkan jenis rangsang yang dapat di terimanya, reseptor dapat di bedakan
menjadi enam adalah sebagai berikut :
1. Kemoreseptor, yaitu reseptor yang
menerima rangsang berupa rangsangan zat kimia.
2. Termoreseptor, yaitu reseptor yang menerima
rangsang yang berupa rangsangan suhu.
3. Mekanoreseptor, yaitu reseptor yang
menerima rangsang yang berupa rangsangan mekanik.
4. Fotoreseptor, yaitu reseptor yang menerima rangsang yang
berupa rangsangan cahaya.
5. Megnetoreseptor, yaitu reseptor yang
menerima rangsang yang berupa rangsangan medan
Magnet.
6. Elektroreseptor, yaitu reseptor yang
menerima rangsang yang berupa rangsangan listrik.
Chemoreseptor adalah alat
indera yang bereaksi terhadap zat-zat kimia, dalam hal ini adalah pakannya
(Radiopoetro, 1978). Chemoreseptor dikenal ada dua macam, yaitu untuk mengenal
stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, berupa rambut-rambut pada antenulla dengan nilai
ambang yang sangat rendah. Stimulus cukup berupa gas dengan konsentrasi rendah
dan untuk mengenal stimulus yang datang dari sumber yang dekat dengan tubuh
terdapat pada palpus maxillaris dan sering pada torsi dengan nilai ambang
tinggi (Ville et.al, 1988).
Chemoreseptor menurut Gordon (1982),
berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui adanya makanan, dan tempat hidupnya,
dan juga dipakai untuk mengenal satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku
masak kelamin(malting), dan mendeteksi adanya musuh. Tahapan gerak udang untuk
mendekati pakan adalah flicking, withdraw, mendekati pakan, rotation, kemudian
wiping.
Mekanisme stimulus yang
sampai ke udang dan diterima oleh organ chemoreseptor adalah senyawa yang
terkandung dalam pakan yang dimasukkan ke dalam air akan berdifusi dalam air
menjadi bentuk-bentuk ion-ion, sehingga menimbulkan aroma yang khas bagi udang.
Rangsangan ini diterima oleh chemoreseptor melalui antenula dan ditransformasi
ke otak oleh neuron efferent, kemudian otak akan memprosesnya menjadi tanggapan
yang kemudian akan diteruskan ke organ melalui neuron afferent, selanjutnya
organ reseptor melakukan gerakan sesuai informasi dari otak. Berdasarkan
mekanisme ini dapat diketahui bahwa organ chemoreseptor udang terletak pada
antenulla yang berfungsi untuk merespon kehadiran pakan yang beraroma khas
sebagai stimulus zat kimia (Roger, 1978). Faktor yang mempengaruhi udang mendekati pakan
antara lain berupa sensori berupa kimia, cahaya, osmotik, rangsangan mekanik
dan adanya chemoreaktant yang dikeluarkan oleh pelet/pakan. Chemostimulan yang
dimasukkan pada lingkungan yang terkontrol untuk beberapa spesies Crustaceae,
mampu memacu perilaku makan, dan dalam kondisi alami, udang menunjukkan respon
rangsangan pada campuran kimia yang sangat sinergis (Harpaz, 1990).
Menurut Devine and Ateme
(1982), udang mempunyai 3 organ chemoreseptor utama, yaitu antenulla bagian
medial, antenulla bagian lateral dan segmen dactylus probandial dari kaki jalan
yang secara fisiologis hampir sama. Organ tersebut dapat berfungsi untuk membau
dan merasai. Dua pasang kaki jalan pertama dan reseptor bagian antenulla lateral
tidak dilengkapi bulu aesthetase yang mempunyai fungsi dalam orientasi secara
kimia.
Aktivitas atau gerakan
antenula yang dilakukan oleh udang meliputi flicking, wipping, withdraw dan
rotation. Gerakan flicking dan withdraw merupakan gerakan pelecutan. Pelecutan
bukan merupakan aktivitas asimetri, pelecutan antenulla yang satu tidak tidak
dipengaruhi oleh antenulla yang lain. Flicking adalah gerakan pelecutan
antenulla ke depan dan berfungsi untuk menerima sinyal kimia dari pakan, sehingga
keberadaan pakan dapat diketahui. Withdraw merupakan gerakan menarik antenulla ke depan dan
melecutkannya ke belakang dan berfungsi untuk mempertahankan diri. Wipping
merupakan gerakan pembersihan antenula dan berfungsi untuk membersihkan mulut.
Rotation adalah gerakan antenula yang berputar dan berfungsi untuk menghambat
rangsangan dari udang-udang lain (Pearson, 1979). Storer (1957) menyatakan
bahwa rotation antenulla berupa pergerakan dari bagian proksimal ke bagian
medial dan biasanya antenulla mengarah pada sisi yang sama. Pembersihan antenulla berfungsi untuk
membersihkan rambut-rambut aestectacs yang biasanya terjadi bila ada rangsang
yang ditimbulkan oleh mekanisme rangsangan.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan
dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Chemoreseptor pada Lobster (Cherax quadricarinatus) berfungsi untuk mengenal
stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh atau mendeteksi dan
mengetahui adanya makanan, dan tempat hidupnya, dan juga dipakai untuk mengenal
satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin (malting), dan
mendeteksi adanya musuh.
2.
Lobster normal dan lobster yang mengalami ablasi mata
masih mampu melakukan gerakan flicking, wipping, withdraw rotation dan
mendekati pakan, karena masih memiliki antenulla yang mampu merespon rangsangan
zat-zat kimia.
3.
Ablasi antenulla dan ablasi total menyebabkan lobster
tidak dapat melakukan gerakan flicking, wipping, withdraw, rotation, namun
kemampuan untuk mendekati pakan masih bisa di lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar