Jumat, 09 Mei 2014

(tulisan) fungsi chemoreseptor pd udang


II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Bahan yang digunakan adalah udang Lobster (Cherax quadricarinatus) sebanyak 2 buah dan pakan berupa pelet.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3 buah akuarium berisi air, stopwatch, gunting.

2.2 Cara Kerja
1.  Dilakukan ablasi pada organ mata dan ablasi total yaitu ablasi mata dan antenulla.
2.  Akuarium diisi air tawar.
3.  Udang dimasukkan kedalam akuarium.
4.  Diberikan pakan ke dalam akuarium.
5. Diamati setiap gerakan udang dan dicatat waktu yang diperlukan udang dalam melakukan gerakan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  Hasil
Tabel 1. Pengamatan Chemoreseptor pada Lobster (Cherax quadricarinatus)
Perlakuan
Waktu
Flicking
Withdraw
Wiping
Rotasi
Mendekati pakan
Ablasi antenula
I 10
3.17
4.48
7.09
7.33
9.43
-
6.28
0.33
II 10
2.25
3.26
3.43
4.03
4.26
4.56
5.00
5.45
5.59
6.09
6.16
6.26
8.07
8.17
8.23
2.37
2.53
3.00
3.56
-
-
09.06
10.00
Normal
I 10
3.17
3.54
8.14
1.36
1.46
2.52
3.34
5.8
5.16
6.28
7.33
8.41
9.8
9.50

2.37
3.2
4.13
5.32

33
II 10
2.05
2.25
2.47
2.5
3.17
5.08
8.00
8.44
9.28
9.44


0.13
0,25
0.40
0.53
1.00
1.24
1.53
2.17
2.40
2.59
3.22
3.56
4.33
4.39
4.48
5.20
6.09
6.18
6.29
6.50
7.25
7.35
8.10
8.21
8.30
8.47
9.13
9.34
9.57
-
0.32
1.37
2.29
3.10
4.05
4.12
5.28
5.38
6.03
7.00
7.05
7.18
8.26
8.59
9.49


3.37
4.31
7,46
8.15
8.47

Ablasi mata
I 10
19
2.38
4.20
5.15
5.30
5.58
7.30



-



-



-



-
II 10’
43         5.58
1.23     6.32
1.27     6.52
1.35     6.58
2.15     7.15
2.50     7.41
3.34     8.02
3.50     8.11
3.34     8.13
3.50      9.13
4.00      9.23
4.05      9.59
4.35
4.48
4.56
5.05
5.08
5.16
5.37
5.50
29
3.14
3.18
3.20
3.30
5.29
9.57
12

-
6.40
Ablasi total
I 10
-
-
-
-
-
II 10
-
-
-
-
7.06
8.20
Keterangan :
I               : 10 menit pertama
II             : 10 menit kedua



3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan menyatakan bahwa pada keadaan normal dalam waktu 10 menit pertama terdapat gerakan flicking, withdraw, rotation, dan mendekati pakan, sedangkan pada 10 menit kedua terdapat gerakan flicking, withdraw, rotation dan mendekati pakan.  Perlakuan dengan ablasi antenulla pada waktu 10 menit pertama adalah flicking, withdraw, rotation, dan mendekati pakan sedangkan pada waktu 10 menit kedua adalah flicking, withdraw dan mendekati pakan. Perlakuan dengan ablasi mata pada 10 menit pertama terdapat gerakan flicking saja dengan intensitas yang sedikit sedangkan pada 10 menit kedua terdapat gerakan flicking yang cukup banyak, withdraw, wipping dan mendekati pakan. Perlakuan lain yaitu ablasi total pada 10 menit pertama tidak terdapat pergerakan apapun sedangkan pada 10 menit kedua hanya terdapat gerekan mendekati pakan karena organ-organ yang berfungsi sebagai reseptor telah hilang. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, beberapa faktornya  adalah faktor fisiologis dari lobster tersebut yang mungkin dalam keadaan stress dan cahaya senter yang langsung menyorot ke akuarium pada menit pertama. Udang yang paling responsif terhadap pakan adalah udang dengan perlakuan normal, dimana setiap beberapa menit udang aktif melakukan gerakan flicking mendekati pakan yang diberikan (Storer, 1957).
Menurut Storer (1957) fungsi terpenting dari antenula adalah mendeteksi pakan atau merespon kehadiran pakan yang memiliki aroma khas. Antenula pada crustacea memiliki fungsi dalam mencari makanan, diantaranya adalah menangkap stimulus kimia dan sebagai indera pembau. Lobster yang memiliki ablasi antenula masih dapat melakukan gerakan mendekati pakan, hal ini mungkin disebabkan kerana pemotongan antenula kurang sempurna. Hasil pengamatan dapat diketahui bahwa lobster yang paling responsif adalah lobster dengan ablasi mata, hal ini dikarenakan antenula yang masih berfungsi untuk mengenali keadaan lingkungan sekitar dan masih berfungsi untuk menerima stimulus kimiawi. Lobster termasuk pemakan dasar dan cenderung aktif mencari pakan di malam hari, sedangkan siang hari berlindung di tempat teduh.
Menurut Roger (1978) berdasarkan strukturnya, reseptor di bagi menjadi dua yaitu:
1.     Reseptor saraf
              Merupakan reseptor saraf yang paling sederhana, yang hanya berupa ujung dendrite dari suatu sel saraf (tidak memiliki selubung mielin), dapat di temukan pada reseptor nyeri nosiseptor.


2.              Reseptor nonsaraf
Merupakan struktur saraf yang lebih rumit dapat di temukan dalam organ pendengaran vertebrata (berupa sel rambut) dan pada organ penglihatan (berupa sel batang dan kerucut). Reseptor ini merupakan resepptor khusus dan bukan reseptor saraf. Sedangkan berdasarkan jenis rangsang yang dapat di terimanya, reseptor dapat di bedakan menjadi enam adalah sebagai berikut :
1.    Kemoreseptor, yaitu reseptor yang menerima rangsang berupa rangsangan zat kimia. 
2.    Termoreseptor, yaitu reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan     suhu.
3.    Mekanoreseptor, yaitu reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan mekanik.
4.    Fotoreseptor,  yaitu reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan cahaya.
5.    Megnetoreseptor, yaitu reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan medan
Magnet.
6. Elektroreseptor, yaitu reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan listrik.
Chemoreseptor adalah alat indera yang bereaksi terhadap zat-zat kimia, dalam hal ini adalah pakannya (Radiopoetro, 1978). Chemoreseptor dikenal ada dua macam, yaitu untuk mengenal stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, berupa rambut-rambut pada antenulla dengan nilai ambang yang sangat rendah. Stimulus cukup berupa gas dengan konsentrasi rendah dan untuk mengenal stimulus yang datang dari sumber yang dekat dengan tubuh terdapat pada palpus maxillaris dan sering pada torsi dengan nilai ambang tinggi (Ville et.al, 1988). Chemoreseptor menurut Gordon (1982), berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui adanya makanan, dan tempat hidupnya, dan juga dipakai untuk mengenal satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin(malting), dan mendeteksi adanya musuh. Tahapan gerak udang untuk mendekati pakan adalah flicking, withdraw, mendekati pakan, rotation, kemudian wiping.
Mekanisme stimulus yang sampai ke udang dan diterima oleh organ chemoreseptor adalah senyawa yang terkandung dalam pakan yang dimasukkan ke dalam air akan berdifusi dalam air menjadi bentuk-bentuk ion-ion, sehingga menimbulkan aroma yang khas bagi udang. Rangsangan ini diterima oleh chemoreseptor melalui antenula dan ditransformasi ke otak oleh neuron efferent, kemudian otak akan memprosesnya menjadi tanggapan yang kemudian akan diteruskan ke organ melalui neuron afferent, selanjutnya organ reseptor melakukan gerakan sesuai informasi dari otak. Berdasarkan mekanisme ini dapat diketahui bahwa organ chemoreseptor udang terletak pada antenulla yang berfungsi untuk merespon kehadiran pakan yang beraroma khas sebagai stimulus zat kimia (Roger, 1978). Faktor yang mempengaruhi udang mendekati pakan antara lain berupa sensori berupa kimia, cahaya, osmotik, rangsangan mekanik dan adanya chemoreaktant yang dikeluarkan oleh pelet/pakan. Chemostimulan yang dimasukkan pada lingkungan yang terkontrol untuk beberapa spesies Crustaceae, mampu memacu perilaku makan, dan dalam kondisi alami, udang menunjukkan respon rangsangan pada campuran kimia yang sangat sinergis (Harpaz, 1990).
Menurut Devine and Ateme (1982), udang mempunyai 3 organ chemoreseptor utama, yaitu antenulla bagian medial, antenulla bagian lateral dan segmen dactylus probandial dari kaki jalan yang secara fisiologis hampir sama. Organ tersebut dapat berfungsi untuk membau dan merasai. Dua pasang kaki jalan pertama dan reseptor bagian antenulla lateral tidak dilengkapi bulu aesthetase yang mempunyai fungsi dalam orientasi secara kimia.
Aktivitas atau gerakan antenula yang dilakukan oleh udang meliputi flicking, wipping, withdraw dan rotation. Gerakan flicking dan withdraw merupakan gerakan pelecutan. Pelecutan bukan merupakan aktivitas asimetri, pelecutan antenulla yang satu tidak tidak dipengaruhi oleh antenulla yang lain. Flicking adalah gerakan pelecutan antenulla ke depan dan berfungsi untuk menerima sinyal kimia dari pakan, sehingga keberadaan pakan dapat diketahui. Withdraw merupakan gerakan menarik antenulla ke depan dan melecutkannya ke belakang dan berfungsi untuk mempertahankan diri. Wipping merupakan gerakan pembersihan antenula dan berfungsi untuk membersihkan mulut. Rotation adalah gerakan antenula yang berputar dan berfungsi untuk menghambat rangsangan dari udang-udang lain (Pearson, 1979). Storer (1957) menyatakan bahwa rotation antenulla berupa pergerakan dari bagian proksimal ke bagian medial dan biasanya antenulla mengarah pada sisi yang sama.  Pembersihan antenulla berfungsi untuk membersihkan rambut-rambut aestectacs yang biasanya terjadi bila ada rangsang yang ditimbulkan oleh mekanisme rangsangan.

 





IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.    Chemoreseptor pada Lobster (Cherax quadricarinatus) berfungsi untuk mengenal stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh atau mendeteksi dan mengetahui adanya makanan, dan tempat hidupnya, dan juga dipakai untuk mengenal satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin (malting), dan mendeteksi adanya musuh.
2.    Lobster normal dan lobster yang mengalami ablasi mata masih mampu melakukan gerakan flicking, wipping, withdraw rotation dan mendekati pakan, karena masih memiliki antenulla yang mampu merespon rangsangan zat-zat kimia.
3.    Ablasi antenulla dan ablasi total menyebabkan lobster tidak dapat melakukan gerakan flicking, wipping, withdraw, rotation, namun kemampuan untuk mendekati pakan masih bisa di lakukan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar