Pengertian, Ciri, dan Bentuk Karangan Nonilmiah
Karangan nonilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang
pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri karangan nonilmiah:
a. ditulis berdasarkan fakta pribadi,
b. fakta yang disimpulkan subyektif,
c. gaya bahasa konotatif dan populer,
d. tidak memuat hipotesis,
e. penyajian dibarengi dengan sejarah,
f. bersifat imajinatif,
g. situasi didramatisir, dan
h. bersifat persuasif.
c. gaya bahasa konotatif dan populer,
d. tidak memuat hipotesis,
e. penyajian dibarengi dengan sejarah,
f. bersifat imajinatif,
g. situasi didramatisir, dan
h. bersifat persuasif.
Contoh Karangan Nonilmiah
Dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman adalah contoh karangan nonilmiah.
Berikut penulis kutipkan cuplikan novel Hantu Jeruk Purut karya Yennie Hardiwidjaja
dan synopsis telenovela Maria Mercedes.
Perbedaan
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat
lazim diketahui orang dalam dunia tulis_menulis. Berkaitan dengan istilah ini,
ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas
dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui
adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun
namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan_perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
Pertama,karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian
(faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan
objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau
empiri.
Kedua,karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam
pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan
langkah_langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian
masalah dan penentuan strategi. Ketiga,dalam pembahasannya, tulisan ilmiah
menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan
menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan_perbedaan inilah yang
dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat
juga karangan yang berbentuk semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa
membedakan dengan tegas antara karangan semi-ilmiah ini dengan karangan ilmiah
dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang
membedakan antara karangan semi-ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada
pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah
digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan
semi-ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari.
Dengan kata lain, karangan semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian
istilah_istilah umum daripada istilah_istilah khusus. Jika diperhatikan dari
segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan
dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah
agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah
memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan
semi-ilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang
telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan,
makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara
lain artikel, feature,kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan
nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman,
puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi
isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta
pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak,
gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan
teknis.
Karya nonilmiah bersifat
(1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
(2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
(3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif .
(4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti..
Karya nonilmiah bersifat
(1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
(2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
(3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif .
(4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti..
contoh karangan non ilmiah
Suatu
hari Si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, sedang berjalan-jalan di
pinggir hutan. Dia hanya ingin mencari udara segar, melihat matahari yang cerah
bersinar. Di dalam hutan terlalu gelap, karena pohon-pohon sangat lebat dan
tajuknya menutupi lantai hutan. Dia ingin berjemur di bawah terik matahari. Di
situ ada sungai besar yang airnya dalam sekali. Setelah sekian lama berjemur,
Si Kancil merasa bahwa ada yang berbunyi di perutnya,..krucuk…krucuk…krucuk.
Wah, rupanya perutnya sudah lapar. Dia membayangkan betapa enaknya kalau ada
makanan kesukaannya, ketimun. Namun kebun ketimun ada di seberang sungai,
bagaimana cara menyeberanginya ya? Dia berfikir sejenak. Tiba-tiba dia meloncat
kegirangan, dan berteriak: “Buaya….buaya…. ayo keluar….. Aku punya makanan
untukmu…!!” Begitu Kancil berteriak kepada buaya-buaya yang banyak tinggal di
sugai yang dalam itu.
Sekali
lagi Kancil berteriak, “Buaya…buaya… ayo keluar… mau daging segar nggak?”
Tak
lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, “Huaahhh… siapa yang
teriak-teriak siang-siang begini.. mengganggu tidurku saja.” “Hei Kancil, diam
kau.. kalau tidak aku makan nanti kamu.” Kata buaya kedua yang juga muncul.
“Wah….
bagus kalian mau keluar, mana yang lain?” kata Kancil kemudian. “Kalau cuma dua
ekor masih sisa banyak nanti makanan ini. Ayo keluar semuaaa…!” Kancil
berteriak lagi.
“Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan,” kata buaya.
“Begini, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging segar buat buaya-buaya di sungai ini,” makanya harus keluar semua.
“Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan,” kata buaya.
“Begini, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging segar buat buaya-buaya di sungai ini,” makanya harus keluar semua.
Mendengar
bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera memanggil
teman-temannya untuk keluar semua. “Hei, teman-teman semua, mau makan gratis
nggak? Ayo kita keluaaaar….!” buaya pemimpin berteriak memberikan komando. Tak
berapa lama, bermunculanlah buaya-buaya dari dalam air.
“Nah,
sekarang aku harus menghitung dulu ada berapa buaya yang datang, ayo kalian
para buaya pada baris berjajar hingga ke tepi sungai di sebelah sana,” “Nanti
aku akan menghitung satu persatu.”
Tanpa
berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar
dari tepi sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti
jembatan.
“Oke, sekarang aku akan mulai menghitung,” kata Kancil yang segera melompat ke punggung buaya pertama, sambil berteriak, “Satu….. dua….. tiga…..” begitu seterusnya sambil terus meloncat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya dia sampai di seberang sungai. Hatinya tertawa, “Mudah sekali ternyata.”
“Oke, sekarang aku akan mulai menghitung,” kata Kancil yang segera melompat ke punggung buaya pertama, sambil berteriak, “Satu….. dua….. tiga…..” begitu seterusnya sambil terus meloncat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya dia sampai di seberang sungai. Hatinya tertawa, “Mudah sekali ternyata.”
Begitu
sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, “Hai buaya bodoh,
sebetulnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat
bahwa aku tidak membawa sepotong daging pun?” “Sebenarnya aku hanya ingin
menyeberang sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat. Kalau begitu saya
ucapkan terima kasih pada kalian, dan mohon maaf kalau aku mengerjai kalian,”
kata Kancil.
“Ha!….huaahh…
sialan… Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Aws kamu ya.. kalau ketemu
lagi saya makan kamu,” kata buaya-buaya itu geram.
Si Kancil segera berlari menghilang di balik pohon, menuju kebun Pak Tani untuk mencari ketimun.
Si Kancil segera berlari menghilang di balik pohon, menuju kebun Pak Tani untuk mencari ketimun.
(SELESAI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar