Mata
Rantai yang Hilang
Seorang paleontolog muda yaitu Perl
Ahlberg sedang mencari penemuan penting di sebuah museum di Eropa. Ia mencari
penemuan penting di laci-laci yang berisi fosil-fosil yang sudah 30 tahun belum
diteliti. Pada saat itu dimungkinkan ia telah menemutkan bukti evolusi yang
belum terungkap selama 360 tahun yaitu mengenai asal mula nenek moyang kita
yang pertama yang berasal dari makhluk air (ikan) yang berpindah dan
menumbuhkan siripnya manjadi kaki ke darat.
Untuk membuktikan bahwa
nenek moyang kita berasal dari ikan membutuhkan fosil ikan yang dapat membuktikan
anggapan tersebut. Melalui observasi
sederhana para ilmuan memnyatakan bahwa setiap mamalia, manusia, katak,
salamander dan bahkan ular yang tidak mempunyai kaki adalah tetrapoda. Karena
karakteristik mereka yang sama yaitu memiliki tulang rusuk, dan bernafas melalui
hidung, maka mereka digolongkan tetrapoda.
Pendapat yang
menyatakan bahwa awal dari terciptanya kaki adalah dari ikan dengan waktu
evolusi selama 400 tahun. Dimana pendapat itu bermula pada saat kekeringan di
suatu daerah yang bernama Devonian ada suatu jenis ikan lobefin yaitu
Eusthenopteron yang beradaptasi ke darat untuk bertahan hidup, sehingga
siripnya pun beradaptasi menjadi kaki. Sehingga Eusthenopteron tersebut disebut
sebagai nenek moyang tetrapoda. Pada tahun 1930 seorang Erik Jarvik dari Swedia
datang ke Devonian untuk meneliti lebuh lanjut. Ia pun menemukan fosil yang
dimungkinkan adalah peralihan dari Eusthenopteron menuju tetrapoda. Fosil ikan tersebut
bernama Ichthyostega dengan jumlah kaki tidak lebih dari lima buah. Jarvik
meneliti mulai tahun 1948 hingga 1966 namun belum dapat diselesaikan juga
penelitiannya tersebut. Bukti dari
adanya evolusi sangat susah ditemukan karena masa hidup dari hewan tersebut
yang sebentar dan jumlah yang banyak. Evolusi yang terjadi dari suatu makhluk
disebakan karena adanya mutasi genetik, dan tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungan sekitar. Namun ada pendapat seorang kreator yaitu Duane Gish yang
menyatakan bahwa evolusi itu keliru karena ia meyakini alkitab bahwa bumi ini
tercipta dalam waktu 6 hari bukan bertahun-tahun lamanya.
Tahun 1938 di Afrika Selatan Marjorie Courtenay
menemukan ikan aneh yaitu Coelacanth yang berkembang biak di Devonian. Kemudian
ia menyerahkan ikan tersebut kepada Dr. Smith seorang akademis dari Afrika
Selatan untuk diteliti. Dr. Smith
menyatakan bahwa ikan tersebut mempunyai kaki dibalik siripnya yang digunakan
untuk berjalan di dasar laut. Ia pun menproklamirkan bahwa bukti yang dicari
selama ini telah diketemukan. Namun
ternyata ada yang menemukan bahwa ikan tersebut tidak berjalan melainkan
berenang seperti ikan lainnya. Karena ada bukti yang menyatakan bahwa ikan
tersebut bukanlah berjalan namun berenang maka banyak yang mengirim surat
kepada Dr. Smith yang menyatakan bahawa ia salah.
Pada tahun 1987 Jenny
Clack datang ke pergi ke Greenland tersebut untuk mencari fosil yang belum juga
diketemukan ini bersama Perl Ahlberg . Clack tidak menemukan bentuk peralihan
antara ikan dan tetrapoda. Namun ia menemukan spesies lain di Devonian
yaitu Acanthostega, tetrapoda terlengkap
kedua dengan delapan jari. Setelah itu Clack meneliti lagi hasil temuan dari
Jarvik. Setelah diteliti ternyata Icthyostega bukan memiliki lima jari, namun tujuh
jari dan itu bukan untuk berjalan namun untuk mendayung di dalam air.
Clack juga menemukan bahwa
Acanthostega memiliki ingsang seperti ikan lain dan tidah dapat hidup selain di
air. Penemuan Clack tersebut membuktikan bahwa evolusi tersebut bukan kenyataan.
Ikan yang mempunyai kaki adalah tetrapoda di dalam air.
Pada tahun 1993 seorang
pemburu fosil yaitu Ted Daeschler datang ke Red Hill untuk berburu fosil. Ia
menemukan fosil tanaman. Temuannya tersebut dapat membuktikan bahwa Red Hill
adalah hutan hujan tropis bukanlah gurun tandus. Disana ia pun menemukan ikan
yang besarnya mencapai dua hingga tiga meter. Ikan tersebut adalah hyneria. Misteri
mengapa kita telah berevolusi dari ikan
akhirnya diselesaikan . Jari-jari pada ikan tidak untuk berjalan, tetapi
berenang dan menavigasi melalui rawa-rawa, seperti salamander. Namun, masih ada fosil yang menunjukkan
proses perubahan dari ikan menuju tetrapoda benar-benar terjadi . Bentuk
transisi, sesuatu yang setengah ikan atau setengah hewan berkaki empat itu masih hilang .
Kemudian Per Ahlberg
datang ke Latvia . Dalam museum ia mencari pada setiap laci , dan akhirnya
menemukan fosil seperti sabun yang tenyata adalah fosil rahang kanan dari
transisi ikan menuju tetrapoda. Fosil tersebut bernama Livoniana. Setelah
diteliti lebih lanjut olehnya ternyata memang benar Livoniana adalah fosil yang
dicari selama ini fosil dari ikan menuju tetrapoda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar