Jumat, 09 Mei 2014

(tulisan) terstruktur fisiologi hewan



Peran ADH dalam mekanisme pembentukan urine
Kombinasi kontrol saraf dan hormonal mengelola fungsi osmoreglasi ginjal mamalia. Salah satu hormone kunci dalam sirkuit regulasi ini adalah hormone antidiuretik (antidiuretic hormone, ADH) atau disebut juga vasopressin. ADH dihasilkan di dalam di dalam hipotalamus otak dan disimpan di dalam kelenjar pituitary posterior, yang terletak tepat di bawah hipotalamus. Sel-sel osmoreseptor di dalam hipotalamus memonitor osmolaritas darah dan meregulasi pelepasan ADH dari pituitary posterior.

Stimulus utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolalitas plasma darah. Osmolalitas plasma meningkat ketika seseorang mengalami dehidrasi atau ketika seseorang makan makanan yang asin. Osmoreseptor di hipotalamus menanggapi osmolalitas darah dengan mengirimkan sinyal saraf lebih ke pusat integrasi (hipotalamus). Sehingga memicu sensasi haus dan peningkatan sekresi ADH. ADH menyebabkan dinding duktus pengumpul pada ginjal menjadi lebih permeabel terhadap air. Hal ini terjadi karena saluran air yang terkandung dalam membran vesikel intraseluler pada epitel duktus pengumpul dan ADH merangsang fusi membran vesikel dengan membran plasma, sama seprerti proses eksositosis. Peningkatan reabsorpsi air yang dihasilkan akan memekatkan urin, mengurangi volume urin dan menurunkan osmolaritas darah kembali pada kondisi normal.  Saat osmolaritas darah di bawah normal menyebabkan penurunan sekresi ADH ke tingkat sangat rendah dan pengambilan air dalam volume besar. penurunan sekresi ADH berdampak pada bekurangnya permeabilitas yang di hasilkan pada tubulus distal dan saluran saluran pengumpul terhadap reabsorpsi air. Sehingga mengakibatkan pembuangan urin encer  dalam volume besar.
Pendapat tersebut didukung oleh pernyatan  Cynthia and Michael (2012) yang menyatakan bahwa ADH diproduksi di hipotalamus disimpan dalam granula sekretori di bagian posterior dari kelenjar pituitari, dimana hormon dapat dilepaskan ke dalam darah. Fungsi ADH adalah untuk memelihara volume sirkulasi darah dan osmolalitas plasma darah agar tetap normal. Osmoregulasi adalah mekanisme yang digunakan oleh tubuh untuk menjaga keseimbangan air. Osmolalitas plasma darah normal adalah 280-295 mOsm/kg. Bahkan dengan adanya sedikit perubahan osmolalitas plasma darah ternyata dapat mempengaruhi pelepasan ADH.  Ketika  osmolalitas plasma darah kurang dari 280 mOsm/kg, kelebihan cairan tubuh terjadi (darah lebih encer) dan ADH tidak disekresikan. Bila osmolalitas lebih besar dari 295 mOsm/kg , kehilangnya cairan tubuh terjadi (darah lebih pekat). ADH kemudian disekresikan untuk merangsang tubulus pengumpul pada ginjal untuk meningkatkan reabsorpsi air untuk menjaga keseimbangan air.

DAFTAR PUSTAKA
A.John, Cynthia and W. Day, Michael. 2012. Central Neurogenic Diabetes Insipidus, Syndrome of Injury Antidiuretic Hormone, and Cerebral Salt-Wasting Syndrome in Traumatic BrainInappropriate Secretion of. The Journal For High Acuity, Progressive and Critical Care Nursing. Critical Care Nurse is the official peer-reviewed clinical journal of the American Association of Critical-Care Nurses, published bi-monthly by The InnoVision Group 101 Columbia, Aliso Viejo, CA 92656.
Campbell, Neil. A and Reece, Jane. B. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar